Nunggak SPP Berbulan-bulan, Dua Santri Penghafal Qur'an Terancam Diberhentikan, Bantu Nabila & Nayla Kembali Ke Pondok.

Di balik rumah mungil nan sederhana di sudut Bekasi, dua gadis kecil—Nabila dan Nayla—menyimpan cahaya harapan sebagai penghafal Al-Qur’an. Namun, di tengah semangat mereka menapaki jalan ilmu, datang ujian berat: tunggakan biaya pesantren sebesar Rp10.750.000 yang mengancam langkah mereka. Mari hadir sebagai jawaban atas doa mereka, agar hafalan Qur’an tetap terjaga dan cita-cita mulia tak terhenti karena keterbatasan.

BEKASI, Ulurtangan.com - Di sebuah rumah mungil berukuran tiga petak, tersembunyi dua permata hati, anak-anak shalihah yang berjuang menapaki jalan ilmu di tengah himpitan ekonomi keluarga.

Mereka adalah Nabila dan Nayla, dua kakak-beradik, santri penghafal Al-Qur’an yang kini tengah diuji oleh beratnya beban biaya pendidikan dan sempitnya keadaan. Di tengah keterbatasan, mereka tetap menggenggam tekad dan keyakinan, bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi hamba-Nya yang sabar dan istiqamah.

Nabila (14), santri kelas 9, telah menghafal dua juz Al-Qur’an. Sementara Nayla (13), adiknya yang duduk di kelas 8, telah menyelesaikan hafalan satu juz. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, semangat keduanya untuk terus menghafal Qur’an tak pernah surut. Setiap hari mereka mengaji, murajaah, dan menanam harapan, ingin menjadi generasi muslimah, hafizhah yang shalihah, pembawa cahaya di tengah umat.

Namun Qadarullah, di tengah libur Idul Fitri yang seharusnya membawa suka cita, datang ujian yang menggetarkan hati. Sebuah surat dari pondok pesantren menyampaikan kabar bahwa tunggakan biaya pendidikan mereka yang telah menumpuk selama berbulan-bulan harus segera dilunasi dengan total sebesar Rp10.750.000,- (sepuluh juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Jika tidak, keduanya terancam diberhentikan dan tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka, langkah kecil para penghafal Qur’an itu seakan tertahan oleh beban yang tak sanggup dipikul sendiri.

Nabila dan Nayla adalah anak-anak yang rajin, berprestasi, dan penuh tanggung jawab. Hari-hari libur mereka di rumah tak dihabiskan untuk bermain seperti anak-anak lainnya, melainkan diisi dengan membantu orang tua, belajar, dan menjaga hafalan Al-Qur’an yang telah mereka tanam dalam hati.

Bahkan, Nabila pernah mengharumkan nama pesantren dengan meraih juara dalam lomba kaligrafi, sebuah bukti bahwa dalam keterbatasan, Allah tetap menumbuhkan cahaya prestasi pada hamba-hamba-Nya yang tekun dan bersungguh-sungguh.

Sang ayah, Hermawan (43), dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, setiap hari mengais rezeki sebagai penjual pakan ikan di pasar. Penghasilannya yang pas-pasan hanya cukup untuk sekadar menyambung hidup. Setahun terakhir, ujian Allah kian berat, jualan semakin sepi, dan tak jarang hasil yang didapat tak mampu menutupi kebutuhan harian, apalagi untuk membayar biaya pendidikan kedua anaknya yang menjadi harapan masa depan.

Kini, Nabila dan Nayla hanya bisa berserah diri dan bertawakal kepada Allah. Dalam lirih doa, mereka menggantungkan harapan pada hati-hati kaum Muslimin yang dermawan, semoga tergerak untuk membantu meringankan beban biaya pendidikan mereka, agar cahaya ilmu tetap menyinari langkah masa depan mereka.

Mari ulurkan cinta kasih dan kepedulian untuk membantu mereka yang tengah berjuang menapaki jalan ilmu dan Al-Qur’an di tengah keterbatasan.

Insya Allah, setiap rupiah yang kita infakkan untuk membiayai pendidikan anak-anak dari kalangan dhuafa akan diganti Allah dengan rezeki yang lebih luas dan berkah. Bahkan, bisa menjadi wasilah datangnya pertolongan-Nya, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.

“Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

============================================

Baca selengkapnya ▾