December 21, 2022

Dua Hal yang Menyebabkan Pahala Habis Tanpa Disadari

Amal ibadah semestinya harus senantiasa diberikan pondasi yang kuat dan tidak ada pondasi yang kuat untuk amal ibadah kecuali dengan akidah yang benar. Akidah yang benar akan mengurangi pengikisan-pengikisan pahala terhadap amal ibadah tersebut sebagaimana pohon bakau menahan pengikisan yang terjadi oleh air. Kalau kita perhatikan ayat suci Alquran akan menunjukan tentang bagaimana fungsi akidah di dalam amal ibadah. Allh Subhnahu wa Ta’la berfirman di dalam surat Al An’am ayat 88, “Yang demikian itu adalah petunjuk Allah Subhnahu wa Ta’la, yang Allah berikan petunjuk kepada siapa saja yang di kehendakinya.” Kalau seandainya mereka para Nabi ‘alayhisalatu wa salm melakukan kesyirikan maka akan terhapus seluruh apa yang mereka telah amalkan. Lihat disini! Pondasi akidah benar-benar menguatkan amalan tersebut. Amalan tidak akan terhapus (tidak akan terkikis) pahalanya dengan akidah yang benar. Kebalikan dari itu, amalan yang tidak didasari dengan akidah yang benar maka amalan tersebut akan terhapus, amalan tersebut akan terkikis bahkan tidak ada nilainya disisi Allh Subhnahu wa Ta’la. Bahkan hal ini juga berlaku untuk Nabi kita Muhammad shallallhu ‘alayhi wa sallam. Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam diperingatkan oleh Allh Subhnahu wa Ta’la: “Jika engkau wahai Muhammad, melakukan kesyirikan dalam beribadah (beribadah kepada Allh tapi pada saat bersamaan juga beribadah kepada selain Allh inilah yang dinamakan dengan kesyirikan) maka sungguh amalanmu akan terhapus dan sungguh engkau akan benar-benar merugi.” (QS Az Zumar: 65) Maka kokohkanlah amal ibadah anda jangan sampai terkikis akibat kesyirikan. Ikhlskan selalu amal ibadah hanya untuk Allah Subhnahu wa Ta’la. Ikhlskan selalu, murnikan ibadah hanya untuk Allh Subhnahu wa Ta’la. Jauhkan 2 (dua) hal:1. Ingin dapat pujian dari manusia.2. Ingin dapat hadiah dari manusia. Karena Imm Ibnu Qayyim rahimahullh Ta’la pernah menyebutkan makna ikhls adalah: “Jangan sampai engkau menuntut seseorang melihat amal ibadahmu selain Allh Subhnahu wa Ta’la dan jangan sampai engkau menuntut seseorang memberikan ganjaran atas amal mu selain Allah Subhnahu wa Ta’la.” Inilah orang yang ikhlas! Tidak meminta ada yang menuntut melihatnya kecuali Allh Subhnahu wa Ta’la. Tidak meminta ganjaran kecuali hanya dari Allh Subhnahu wa Ta’la. Semoga amal ibadah kita tetap kokoh sehingga pahalanya yang kita dapatkan sempurna.

Jangan Tertipu dengan Merasa Banyaknya Amalan Kebaikan

Allah azza wajalla berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 142) Tadabbur ayat: 1. Siapa yang ingin masuk surga, maka hendaklah ia bersiap melalui jalan yang terjal dan sulit serta bersabar untuk tidak melakukan maksiat yang amat lezat dipandang mata. Syaikh Ali ath-Thantawi rahimahullah berkata: Maka siapa saja yang lebih ingin bersantai-santai, dan tidak ingin terganggu, tidak ingin menyelisihi jiwanya, tidak mau bersabar atas kerasnya ujian, maka orang seperti ini tidak akan bisa menapaki jalan menuju surga. Sesungguhnya siapa saja yang ingin menapaki jalan menjuju surga, maka hendaknya ia mempersiapkan diri untuk merasakan lelah, siap menghadapi ujian yang berat, dan hendaknya ia bersabar untuk tidak mendekati kemaksiatan yang begitu lezat dalam pandangannya, serta bersabar dalam melaksanakan ketaatan yang terasa berat, hendaklah ia tidak bermalas-malasana dalam melakukannya. (Nur Wa Hidayah: 240-241) 2. Balasan yang besar akan didapatkan melalui perjuangan dan pengorbanan yang besar pula. Imam al-Ghazali rahimahullah berkata: Orang-orang yang berakal itu merasa malu jika mencari barang yang mahal lalu ingin membayarnya dengan harga yang sangat murah. (Liyaddabbaru Aayatih: 138) 3. Diantara manusia ada yang tertipu oleh amalannya, mereka berfikir dengan amalan-amalan kebaikannya itu mereka sudah dapat menjamin dirinya untuk masuk ke dalam surga, lalu mereka lupa akan dosa-dosanya yang begitu banyak atau meremehkan dosa-dosa kecil yang dilakukannya berulang-ulang.

Dosa dan Ketaatan Menjadi Penentu Bahagia atau Binasa

Sahabat, Sebagai seorang hamba yang beriman hendaklah kita memahami bahwa kebahagiaan dan kemuliaan seseorang sangatlah erat kaitannya dengan ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya. Artinya siapapun yang menginginkan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat maka ia harus memahami bahwa kebahagiaannya itu diperoleh karena ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seberapa besar ketaatannya kepada Allah sebesar itu pula kebahagiaan yang ia dapatkan. Begitu pun sebaliknya, kebinasaan seorang hamba berkaitan dengan kemaksiatan dan dosa-dosa yang ia lakukan. Seberapa besar dosanya, sebesar itu pula kebinasaan dan kehancuran akan menghampirinya di dunia dan di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10) Ayat ini menunjukan bahwa seseorang akan beruntung jika ia mensucikan dirinya, dan sebaliknya ia akan merugi jika mengotori dirinya. Dengan demikian hubungan antara ketaatan dan kebahagiaan, Antara dosa dan kebinasaan sangat erat kaitannya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata: Bahwasanya jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, Dia akan membuat hamba itu lupa pada pandangan ketaatan pada-Nya, lalu mengangkat itu dari hati dan lisannya. Hingga apabila hamba itu telah diuji dengan satu dosa, ia akan menjadikan dosa itu selalu berada di pelupuk matanya, ia melupakan semua ketaatannya (karena mengira dirinya akan binasa, lalu ia menjadi sedih karena dosa yang ia lakukan itu. Akhirnya, ia terus memikirkan dosanya itu, serasa dosa itu selalu berada di hadapannya, apabila ia berdiri, duduk, pulang ataupun pergi. Karena itu, hal inilah yang menjadi rahmat baginya. Sebagian perkataan ulama salaf, Maka tanda-tanda kebahagiaan adalah ketika seorang hamba menjadikan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya serasa berada di belakangnya sedang kesalahan-kesalahannya berada di pelupuk matanya. Adapun tanda-tanda kebinasaan adalah ketika seseorang menjadikan kebaikan-kebaikannya selalu berada di pelupuk matanya, sedang kesalahan-kesalahannya berada di belakanngnya (melupakannya). Wallahul musta’an. Sahabat, Jangan pernah berputus asa dari rahmatnya, dan jangan pernah kita berbangga diri dengan banyaknya amalan-amalan baik yang kita lakukan. Tetaplah merendah hati, karena sesungguhnya orang-orang yang mulia itu selalu terhiasi dengan kerendahan hati dan jauh dari sifat sombong. Mari selalu beristighfar, Semoga Allah memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya dan menjauhkan kita dari neraka-Nya walau sekejap mata. Aamiin.